Rabu, 11 Maret 2009

BAHASA INDONESIA

A. PENGERTIAN WACANAH

Dalam kehidupan sehari – hari sering kali kita mendapat, mendengar bahkan mengucapkan sebuah wacana. Namun kita tidak sadar bahwa apa yang kita katakan itu adalah sebuah wacana. Berikut ini beberapa pengertian atau defenisi tentang Wacana :

1. Wacana adalah padanan perkataan discourse dalam bahasa Inggiris. Perkataan discourse dalam Kamus Webster, 1983 : 522 bererti:

* Hubungan fikiran dengan kata-kata; ekspresi idea-idea atau gagasan-gagasan; atau percakapan.

* Hubungan secara umum, terutama sebagai suatu subjek kajian pokok bahasan. Risalah tulisan, disertasi formal; kuliah, ceramah; khutbah

2. Wacana menurut Kamus Dewan Edisi Baru 1993 : 1484 bererti:

* Ucapan, pertuturan, percakapan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan

* Keseluruhan terbitan atau hasil karya dalam sesuatu bahasa

Berdasarkan arti perkataan wacana di atas dapat disimpulkan bahwa perkataan wacana itu sama dengan perkataan ucapan yang utuh untuk wacana lisan, dan karangan yang utuh untuk wacana tulisan dalam pengajaran bahasa. Untuk lebih dipahami kita dapat memperoleh gambaran yang jelas mari perhatikan beberapa definisi dari beberapa pakar bahasa berikut ini :

Ø STUBBS, MICHAEL: Wacana merupakan kesatuan bahasa yang lebih besar daripada ayat atau klausa. Dengan kata lain, wacana merupakan unit-unit linguistik yang lebih besar daripada ayat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Secara ringkas; yang disebut teks bagi wacana adalah ayat bagi ujaran.

Ø ASMAH HAJI OMAR: Wacana ialah unit bahasa yang melebihi batas ayat, yang di dalamnya memperlihatkan hubungan-hubungan dan perkembangan fikiran yang berurutan seperti ayat, sejumlah ayat, ceraian, perenggan, bab, buku, novel, cerpen, cerita, dialog, siri buku (cerita) dan sebagainya.

Ø HARIMURTI KRIDALAKSANA: Wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki tatabahasa merupakan satuan tatabahasa tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, ayat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Ø HENRY GUNTUR TARIGAN: Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.

ANTON M. MOELIONO : Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat itu.

B. HAKIKAT WACANAH

Setelah memperhatikan beberapa defenisi dari segi bahasa dan dari segi para pakar bahasa kita dapat melihat beberapa perbedaan. Namun, setelah menelaah dengan seksama dapat diliat persamaan pendapat yang begitu spesifikan bahwa hakikat wacanah itu mempunyai beberapa unsur penting yakni :

1. Satuan bahasa

2. Terlengkap / terbesar / tertinggi

3. Mengatasi ayat / klausa

4. Teratur / tersusun rapi / rasa koherensi ( kepaduan )

5. Berkesinambungan

6. Rasa kohesi ( kepautan )

7. Lisan / tulisan

8. Awal dan akhir

Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukungnya yaitu bentuk. Di samping itu juga, wacana letaknya lebih tinggi daripada kalimat pada skala tata tingkat tatabahasa dan mempunyai keteraturan fikiran logik (koherensi) dan juga tautan (kohesi) dalam strukturnya. Wacana dicirikan oleh kesinambungan informasi. Makna kesinambungan di sini diartikan sebagai kesatuan makna. Sebagai contoh sebagai berikut :

” Pada peristiwa Tanah longsor, 2 penduduk meninggal 3 orang lurah wafat dan 9 orang anak luka – luka ”

Dari berbagai aspek wanana dibedakan atas beberapa bagian yaitu :

1. Wacana Lisan dan Tulis

Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.

2. Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog

Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog.

3. Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi

Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung. Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa.

Tidak ada komentar: